Belajar Bahasa Jepang #1 Mengenal Huruf Hiragana

Monday, November 25, 2013

Huruf Hiaragana terdiri dari 48 huruf, antara lain:
A I U E O
KA KI KU KE KO
SA SHI SU SE SO ==> tidak ada "SI"
TA CHI TSU TE TO ==> tidak ada "TI" dan "TU"
NA NI NU NE NO
HA HI FU HE HO ==> tidak ada "HU"
MA MI MU ME MO
YA YU YO ==> tidak ada "YI" dan "YE"
RA RI RU RE RO
WA WO ==> tidak ada "WI" "WU" maupun "WE"
N ==> "N" mati

Sisanya adalah modifikasi dari huruf-huruf di atas dengan menggunakan dakuten dan handakuten yang akan dijelaskan disini.

Catatan:
Bahasa Jepang tidak mengenal huruf L, sehingga setiap huruf L akan diserap menjadi huruf R. Contoh: HELSA menjadi HERUSA San (nama orang) atau TELEVISI diserap menjadi TEREBI dalam bahasa Jepang.

Silakan pelajari gambar di bawah ini dan berlatihlah sebanyak mungkin untuk dapat menulis Huruf Hiragana dengan baik. Jangan lupa melanjutkan ke pengenalan dakuten dan handakuten.



MPASI? BLW Saja...

Saturday, November 9, 2013

Saat pertama kali bayi mulai mengkonsumsi makanan/minuman pendamping ASI (MPASI) adalah saat-saat yang begitu penting bagi setiap orang tua. Bagi Anda yang baru pertama kali memiliki bayi, begitu juga saya, seringkali bertanya-tanya tentang bagaimana sebaiknya saya memberikan makanan kepada bayi saya, jenis makanan apa saja yang baik bagi bayi, serta jenis makanan apa saja yang sebaiknya tidak diberikan kepada bayi.

Sebagian besar bayi diberikan makanan yang lunak atau bahkan mendekati cair pada masa-masa awal MPASI. Metodenya adalah bayi disuapi oleh orang tua mereka dengan menggunakan sendok. Dengan metode ini, orang tua yang memimpin proses weaning atau penyapihan (parent-led-weaning). Orang tua yang memutuskan kapan bayi makan, apa yang dia makan, dan bagaimana dia makan.

Tapi, pernahkah kita terpikir bahwa bayi, sebagaimana makhluk hidup yang lain, memiliki naluri, hak dan kemampuan terkait dengan proses penyapihan? Baby-led-weaning (selanjutnya disingkat BLW) adalah suatu metode penyapihan yang membiarkan bayi memimpin seluruh proses, menggunakan naluri dan kemampuan mereka dalam menangani makanan. Dalam metode ini, diberikan kebebasan untuk mengikuti naluri meniru orang tua, kakak, adik, atau siapapun di sekitarnya. Bayi juga diberikan kesempatan untuk memilih apa yang akan dia makan, sesuai dengan nalurinya. Berikut adalah beberapa aspek mengenai BLW, yang saya dapatkan dari sebuah buku karya Gill Rapley & Tracy Murkett yang berjudul Baby-Led Weaning.

= = = = = =  = = = = =
Inti dari BLW adalah bayi makan secara alami, sesuai nalurinya, kita sebagai orang tua berperan sebagai fasilitator. Dalam metode BLW, kegiatan makan adalah kegiatan pembelajaran bagi bayi dan kegiatan pembelajaran tersebut haruslah menyenangkan sehingga bayi mampu menikmati proses tersebut. Tidak ada paksaan, tidak ada cekokan, tidak ada ancaman jika bayi tidak mau makan, maupun pujian jika bayi makan dengan lahap. Orang tua harus memberikan kepercayaan penuh kepada bayinya.

Mengapa BLW Masuk Akal?
Bayi dan anak-anak tumbuh dan berkembang ketika mereka siap. Proses tersebut akan lebih terjadi lebih cepat ketika kita memberikan mereka kesempatan untuk belajar. Misalnya, kita meletakkan bayi kita di lantai untuk memberikannya kesempatan untuk berguling-guling. Jika dia bisa, dia akan melakukannya. Begitu juga dengan proses berdiri, berjalan, dsb. Lantas, mengapa proses makan harus berbeda? Bayi-bayi yang sehat bisa memberi makan diri sendiri dari susu ibunya segera setelah dilahirkan (terbukti pada kegiatan Inisiasi Menyusui Dini). Seiring berjalannya waktu, pada usia sekitar 6 bulan bayi sudah bisa meraih dan memasukkan makanan ke dalam mulut mereka.


Singkatnya, inilah proses yang terjadi dalam BLW:
1. Bayi duduk bersama seluruh keluarga pada waktu makan dan ia akan bergabung ketika ia siap.
2. Bayi didorong untuk menjelajahi makanan segera setelah dia menunjukkan ketertarikan terhadap makanan, mengambil dengan tangannya dan tidak peduli apakah dia berhasil makan apa pun pada awalnya (Orang tua tidak perlu khawatir karena sebenarnya pada usia 6-8 bulan, bayi belum benar-benar makan, dia hanya belajar makan dan nutrisi dalam ASI masih mencukupi untuk tumbuh kembangnya)
3. Makanan ditawarkan dalam bentuk dan ukuran yang mudah ditanganioleh bayi, bukan berupa makanan halus atau bubur.
4. Bayi makan sendiri dari awal, bukan dengan disuapi.
5. Terserah bayi apakah dia mau makan sedikit atau banyak dan seberapa cepat dia makan.
6. Bayi tetap minum ASI kapan pun dia menginginkannya dan bayi yang memutuskan kapan dia mulai mengurangi minum ASI.

Manfaat BLW
1. Menyenangkan.
Makan seharusnya menjadi proses yang menyenangkan bagi semua orang, termasuk bayi. Berperan aktif di waktu makan, mengontrol apa yang dia makan, seberapa cepat dan sebanyak apa dia makan akan membuat proses makan menjadi tidak meyenangkan bagi bayi. Dengan BLW, bayi menikmati saat-saat belajar tentang makanan yang berbeda-beda (dari segi rasa, tekstur, aroma, warna, dsb) dan melakukan hal-hal bagi diri mereka sendiri. Tekstur, rasa, dan aroma yang berbeda mendatangkan nafsu makan dan rasa nikmat pada saat makan. Berbeda dengan makan-makanan lembek yang semua jenis makanan dihaluskan, dicampur menjadi satu, kita sebagai orang dewasa saja tidak bisa menemukan kenikmatannya. Pengalaman awal yang bahagia dan waktu makan yang bebas stres cenderung memberikan anak sikap sehat terhadap makanan untuk kehidupannya.

2. Alami
Bayi diberikan kesempatan untuk bereksperimen dan menjelajah dalam proses belajar makan. Mereka menggunakan tangan dan mulutnya untuk mengetahui berbagai objek, termasuk makanan. Dengan BLW, seorang bayi dapat menjelajahi makanan dengan caranya sendiri, mengikuti nalurinya untuk makan ketika dia siap. Kasarnya, mirip dengan anak binatang.

3. Belajar tentang Makanan
Dengan dibebaskannya bayi memilih makanan (bayi tidak harus makan bubur), bayi memiliki kesempatan mengenali berbagai tampilan, tekstur, rasa, aroma makanan, mereka mulai mengenali makanan apa yang mereka sukai dan tidak mereka sukai. Sehingga, berbeda dengan proses makan dengan disuapi, mereka tidak langsung berburuk sangka terhadap makanan. Ketika mereka menemukan makanan yang tidak ia sukai, ia hanya akan menolak makanan yang tidak dia sukai, bukannya menolak seluruh makanan yang ditawarkan.

4. Belajar Makan dengan Aman
Dengan dibebaskannya bayi memasukkan makanan sendiri ke dalam mulutnya, memberikan bayi pelajaran tentang pentingnya mengunyah. Ketika bayi memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia akan belajar mengenali ukuran potongan makanan yang bisa dia kunyah dan main-mainkan dengan lidahnya. Ini membiasakan bayi tidak memasukkan makanan dalam potongan terlalu besar. Bayi juga belajar dari awal cara memperlakukan makanan dengan tekstur yang berbeda-beda sehingga membuat bayi tidak mudah tersedak.

5. Belajar Dunia Bayi
Bayi kelihatannya hanya bermain-main saja ya. Sebenarnya tidak, bayi selalu belajar. Segala hal yang dapat dipelajari dari mainan edukatif yang seringkali mahal-mahal sebenarnya dapat diperoleh selama makan. Contohnya, mereka belajar memegang sesuatu secara perlahan tanpa menghancurkannya atau memegang sesuatu yang licin tanpa menjatuhkannya. Dalam proses makan, semua indera bayi terlibat, sehingga mereka menemukan bagaimana menghubungkan semua indera bersama-sama dan menggunakannya untuk berbagai hal.

6. Mengembangkan Potensi Bayi
Makan sendiri, menggunakan jari-jari mereka sendiri untuk mengambil makanan, bayi belajar koordinasi tangan dan mata. Mencengkeram makanan dengan berbagai ukuran dan tekstur beberapa kali dalam sehari meningkatkan kecekatan mereka. Ini akan membantu keterampilan mereka dalam menulis dan menggambar nanti. Mengunyah makanan (bukan hanya menelan bubur) melatih otot-otot wajah mereka yang akan diperlukan saat mereka belajar bicara.

7. Melatih Bayi Percaya Diri
Membiarkan bayi melakukan banyak hal sendiri bukan hanya memberikan mereka belajar tapi juga memberikan ras percaya diri terhadap kemampuan dan penilaian mereka. Ketika pengalamannya dengan makanan berkembang, dan dia menemukan apa yang dapat dan tidak dapat dimakan, dan apa yang diharapkannya dari setiap macam makanan, dia belajar mempercayai penilaiannya. Bayi dengan rasa percaya diri tinggi akan tumbuh menjadi balita yang tidak takut mencoba hal-hal yang baru dan berani bangkit ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan.

8. Mempercayai Makanan
Karena bayi BLW menggunakan naluri mereka untuk memutuskan apa yang mereka makan dan apa yang mereka tinggalkan, mereka jarang memperlihatkan kecurigaan terhadap makanan. Membiarkan mereka menolak makanan yang mereka rasa tidak dibutuhkannya, atau mungkin terlihat tidak aman (terlalu masak/kurang masak, tengik atau beracun), membuat mereka lebih bersedia mencoba makanan baru karena mereka tahu akan dibiarkan memutuskan untuk memakan itu atau tidak.

9. Melatih Bayi Bersosialisasi
Sejak awal bayi BLW ikut bergabung dengan seluruh keluarga pada waktu makan, makan makanan yang sama dan bergabung saat bersosialisasi. Ini menyenangkan bagi bayi. Membiarkan bayi meniru perilaku di meja makan akan membuat dia secara alami belajar tata cara menggunakan peralatan makan dan bagaimana perilaku yang benar di meja makan. Bayi belajar berbagi makanan, menunggu giliran mengambil makanan, dan belajar berbincang-bincang bersama keluarga.

10. Mengontrol Nafsu Makan
Bayi BLW terbiasa makan mengikuti naluri, artinya dia akan berhenti makan jika merasa kenyang sehingga ia terlatih mengontrol nafsu makan sehingga terhindar dari obesitas.

11. Gizi yang Lebih Baik
Membiasakan makan bersama-sama akan membuat bayi terhindar dari memakan makanan yang kurang sehat. Tentunya orang tua harus menyajikan makanan yang sehat dan seminimal mungkin menyediakan makanan instan dan kurang sehat di rumah.

12. Kesehatan Jangka Panjang
Karena pemberian ASI berkurang secara bertahap, bayi BLW mendapatkan asupan ASI lebih lama. Menyusui tidak hanya memberikankeseimbangan nutrisi yang sempurna tapi juga perlindungan terhadap banyak penyakit.

13. Lebih Mudah, Murah dan Praktis
Dalam metode BLW, bayi makan makanan yang sama dengan orang dewasa sehingga orang tua tidak perlu menyiapkan waktu khusus untuk menyiapkan menu khusus bagi bayi. Apa yang kita masak untuk kita makan, itulah yang juga dimakan oleh bayi kita. Kita juga tidak perlu membeli makanan khusus bayi yang seringkali lebih mahal. Acara makan di luar rumah pun menjadi lebih praktis karena kita tidak perlu menyiapkan makanan khusus untuk bayi karena bayi bisa makan makanan yang sama dengan yang kita pesan di restauran.

14. Tidak Ada Pertarungan Saat Makan
Ketika tidak ada tekanan kepada bayi saat makan, maka tidak ada lagi "pertarungan" antara bayi dan orang tua. Sebaliknya, seluruh keluarga dapat menikmati makan bersama yang bebas.

15. Tidak Perlu Permainan atau Taktik
Orang tua tidak perlu lagi membuat permainan suara-suara, kapal-kapalan untuk memaksa bayi makan, atau untuk mengelabui agar mereka makan makanan yang tidak mereka inginkan. Karena dalam BLW, orang tua menghormati setiap keputusan yang bayi buat terhadap makanan.

Kekurangan BLW:
1. Lebih Berantakan
Bayi belajar makan sendiri tentu akan membuat kotor dan berantakan. Namun, hal itu tidak akan berlangsung lama karena seiring berjalannya waktu, bayi BLW akan segera terampil dalam memperlakukan makanan dan akan segera mampu makan dengan baik.
2. Sulit Meyakinkan Orang Lain
Karena orang lebih lazim menyuapi bayi mereka dengan makanan lembek dan belum banyak yang mengetahui metode BLW, tentunya akan sulit bagi orang tua meyakinkan bahwa BLW aman dan baik bagi bayi.

= = = = = = = = = =

Pengalaman Saya dengan Metode BLW

Saya tertarik menggunakan metode BLW pada masa-masa awal MPASI. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain mengalami penolakan dari pihak mertua saya yang waktu itu ikut mengasuh anak saya, berantakan, tentu saja, kemudian senam jantung waktu mendampingi anak saya belajar menangani sepotong makanan kemudian dia tersedak namun dalam metode BLW kita dilarang ikut campur karena ketika tersedak bayi belajar menangani makanan tersebut dan bagaimana agar tidak tersedak lagi. Namun, kendala yang paling utama adalah sulitnya menghadapi rasa khawatir kita. Selain rasa khawatir ketika anak tersedak juga rasa khawatir apakah dia akan mendapat cukup nutrisi atau tidak karena kelihatannya dia makan sedikit sekali, bahkan mungkin tidak makan sedikitpun melainkan hanya memain-mainkannya.

Setelah mertua saya tidak tinggal bersama kami lagi dan anak saya harus ke Tempat Penitipan  Anak selama saya bekerja dan para pengasuh menolak untuk menggunakan metode BLW karena mereka ketakutan ketika melihat anak saya tersedak. Secara ya, anak orang lain gitu lho, tar kalau kenapa-kenapa gimana? Akhirnya saya menggunakan metode kombinasi antara BLW sama disuapi. Di TPA disuapi, ketika di rumah anak saya makan bersama-sama saya dan menggunakan tangannya sendiri. Memang sih, dengan cara seperti itu sebenarnya BLWnya menjadi tidak maksimal namun cukup terlihat sih hasilnya. Anak saya sangat menikmati proses makan, dia malah cenderung tidak menyukai makanan berupa bubur atau puree-puree gitu, dia sangat jarang tersedak, terbiasa makan dan minum sendiri, dan terbiasa menangani makanan sendiri, misalnya ketika makan buah jeruk saya tidak perlu mengeluarkan biji-bijinya karena pasti akan dia lepehin sendiri. Waktu makan di luar pun dia bisa bersikap sangat baik dan mampu menangani makanan yang disediakan meskipun itu "makanan orang dewasa".

= = = = = = = =
Jika Anda berminat mengetahui lebih dalam mengenai metode BLW, berikut penampakan bukunya, tebalnya 299 halaman, ukuran A5, sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, harganya sekitar Rp55.000,00.

 





 

Blogroll

Blogger news

Total Pageviews

Copyright 2010 My First Step.... All rights reserved.
Themes by Ex Templates Blogger Templates - Home Recordings - Studio Rekaman